Senin, 13 Februari 2012

Nama Soekarno di Berbagai Negara

 1. Rusia
Mesjid Biru Soekarno di St. Petersburgh

Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan "berkah" sebagian muslim di negeri palu arit. Semua berawal ketika sang presiden pada tahun 1955 silam, berkunjung ke kota terbesar kedua di Russia ini. Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya, yang kelak diketahuinya sebagai Mesjid yang telah dijadikan sebuah gudang senjata.

Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam pertemuan itulah Soekarno melontarkan kekecewaannya pada penguasa tirai besi Soviet Nikita Kruschev, perihal mesjid indah yang dilihatnya. Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi. Tetapi, umat muslim hingga saat ini sangat berterima kasih dan meyakini bahwa Soekarno orang dibalik semua ini. Maka tak heran jika muslim di St. Petersburg menjuluki mesjid ini dengan Mesjid Biru Sukarno.


2. Mesir
Jalan Ahmad Soekarno

Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno.

Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.

Tercatat, enam kali Soekarno menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

”Soekarno Tetap Eksis di Hati Rakyat Mesir”

KabarIndonesia - Siapa yang tidak mengenal sosok Soekarno? Beliau adalah Bapak Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Secara lantang dan berani, enam puluh enam tahun yang lalu bersama Muhammad Hatta telah memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Yang secara de-facto dan de-jure mengakhiri penjajahan Belanda atas bumi nusantara, yang telah berlangsung selama 350 tahun.

Sebagai Bapak Proklamator Bangsa, nama Soekarno sudah sangat membumi di nusantara ini. Segenap anak bangsa selalu mengidolakan sosok beliau, yang terkenal lantang, tegas dan berani. Sehingga nama besar Indonesia pun di era beliau menjadi buah bibir dunia, dan sangat diperhitungkan eksistensinya dalam percaturan politik internasional.

Keluwesan Soekarno dalam bergaul dengan berbagai pemimpin negara asing lainnya, kerap menuai decak kagum. Bahkan, kehadiran Soekarno di negara asing lainnya, selalu mendapat respon positif dari rakyat di negara yang bersangkutan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh semangat persatuan, dan kesatuan yang selalu diusung menjadi misi utama pada setiap kunjungannya ke negara asing.

Di negara Mesir sendiri, nama Soekarno sangat dikenal oleh rakyat negara tersebut. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari eratnya hubungan Soekarno dengan Presiden Republik Arab Mesir Gamal Abdel Nasser pada waktu itu. Yang sama-sama menjadi tokoh lahirnya Konferensi Asia Afrika. Keeratan hubungan mereka juga ditandai, dengan banyaknya intensitas kunjungan Soekarno kenegara seribu menara itu.

Dalam catatan sejarah, Soekarno telah melakukan kunjungan kenegaraan ke negara piramida tersebut, sebanyak enam kali. Dengan membawa misi persatuan dan kerjasama antar bangsa. Tentu saja, secara tidak langsung peristiwa tersebut meninggalkan kesan dan pengaruh kepada rakyat Mesir, yang saat itu sangat menghormati dan mencintai presidennya Gamal Abdel Nasser. Sehingga secara otomatis, juga akan menghormati Soekarno sebagai sahabat karib Abdel Nasser.

Kesan positif rakyat Mesir terhadap Bapak Proklamator itu, terlihat sampai sekarang. Banyak rakyat Mesir memberi nama anak mereka dengan Ahmed Soekarno. Begitu juga, ada beberapa jalan di negara Mesir yang mengabadikan nama Soekarno. Yang salah satunya termasuk jalan protokol yang berada di Daerah Kit Kat Agouza, bersebelahan dengan Jalan Sudan.

Disamping itu, juga terdapat beberapa pejabat negara sungai Nil bernama Ahmed Soekarno. Diantaranya adalah seorang Dekan Fakultas Sastera Universitas Aswan bernama Profesor. Dr. Ahmed Sokarno Abdel Hafiz, yang saat itu kami jumpai tanpa sengaja ketika berlibur ke Propinsi Aswan. ia merasa sangat bangga memiliki kesamaan nama dengan Tokoh Proklamator Bangsa Indonesia itu, dan mengharapkan berkah Soekarno pun akan menghinggapi dirinya, ucapnya dengan sedikit canda.

Cikal bakal nama Ahmed di depan nama Soekarno, menurut catatan sejarah, nama tersebut dipopulerkan oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir kala itu. Dengan tujuan, supaya perasaan keakraban dan kekeluargaan antara Mesir dan Indonesia semakin akrab, dengan membubuhkan nama Ahmed yang identik dengan nama seorang muslim.

Jika orang asing yang nun jauh diseberang benua sana, masih bangga dan setia dengan nama besar Soekarno Bapak Proklamator Bangsa Indonesia. bagaimana dengan kita sendiri sebagai bangsa Indonesia? Yang dengan jerih payah dan perjuangannya telah dapat merasakan nikmat kemerdekaan hingga saat ini.  Salam. (*)



3. Maroko

Jalan Soekarno

Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, 'dicatut' menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat. Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu: 'sharia Al-Rais Ahmed Sukarno' yang sekarang terkenal dengan nama Rue Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.

Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.


4. Pakistan

Jalan Soekarno

Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. Ilustrasi (Sumber: biography.com) Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.


5. Kuba
Perangko Soekarno

Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro. Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.


6. Arab Saudi
Pohon Soekarno

Jeddah (beritajatim.com) - Padang Arafah tidak bisa dilepaskan dengan Syajarah Soekarno atau Pohon Soekarno. Pohon yang di Indonesia dikenal sebagai pohon mimba, pohon imba, atau pohon imbo itu kini kian rimbun menghijau.

Kementerian Agama Republik Indonesia melansir, pohon sejenis pohon mindi ini memang dibawa oleh presiden pertama RI itu saat melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Sebagai orang berpengaruh di kawasan Negara-negara nonblok Bung Karno dengan mudah menawarkan ide penanaman pohon ini kepada kalangan masyarakat arab yang dikenal keras dan teguh dalam berpendirian.

Tak cukup mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus ini. Kini tanaman ini tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota Arab Saudi. Baik di Makkah, Madina, maupun Jeddah.

Khusus di kawasan padang arafah, pohon soekarno ini telah memenuhi sebagian besar kawasan dengan luas 5,5 × 3,5 kilometer persegi tersebut. Dengan tinggi rata-rata 2-3 meter, pohon ini berdiri di sepanjang jalan-jalan utama padang arafah. Pohon dengan banyak manfaat ini juga tumbuh di lokasi-lokasi yang akan ditempati tenda-tenda jamaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan prosesi wukuf.

"Keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menguranggi suhu panas saat jamaah haji melaksanakan wukuf," ujar Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Arofah, Muzdalifa, dan Mina (Armina) Abu Haris Muntohar.

Abu Haris mengungkapkan Pemerintah Arab Saudi memang secara khusus memelihara keberadaan pohon soekarno ini. Di Arafah ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang pohon Soekarno. [rif/but]


7. Perangko Filipina
Perangko Filipina


8. Menjadi Cover di majalah Times
Menjadi Cover di majalah Times

Ada dua laporan utama (cover story) majalah Time (Amerika Serikat) yang benar-benar menggambarkan figur Sukarno secara kontradiktif.  Cover di sebelah kiri ini, adalah cover majalah Time edisi 23 Desember 1946.

Cover itu menampilkan wajah  Sukarno sebagai orator ulung, pejuang kemerdekaan bagi bangsanya. Ia dilukiskan berpeci hitam dalam sapuan kuas yang begitu heroik, kuat serta berwibawa. Di belakang gambar Bung karno, tampak bendera Merah Putih tengah berkibar lengkap dengan tangan-tangan sedang yang dikepal.

Pada catatan cover yang ditulis oleh Robert Sherood itu, Sukarno digambarkan seorang pria Indonesia dengan tinggi badan 5 ft 8 in. Berwajah tampan  dan pandai berpidato. Ia juga mendapat julukan si Kamus Indonesia. Topik yang diangkat majalah Time ketika itu, selain mengungkap sosok  Sukarno,  juga mengulas tentang situasi Indonesia saat itu.

Secara umum, publikasi majalah Time tentang sosok Sukarno ketika itu sangat mendukung dan mengangkat citra Sukarno (dan Indonesia) ke pentas dunia.

Akan tetapi, media massa di Amerika Serikat, ada kalanya benar-benar digunakan untuk penggalangan opini, dari yang bersifat sanjungan, sampai yang berisi hujatan.

Nah, cover berikut di sebelah ini, adalah cover majalah Time edisi 10 Maret 1958. Wajah Bung Karno digambarkan begitu “menyeramkan”, dengan permukaan wajah yang “bopeng-bopeng” jauh dari penggambaran sosok yang tampan pada edisi tahun 1946. Demikian pula laporan di dalamnya. Majalah Time edisi 10 Maret 1958 itu berisi propaganda dan sindiran negatif yang ditujukan kepada sosok Sukarno. Saat itulah Amerika mulai menunjukkan aksi tidak senangnya terhadap gaya kepemimpinan Sukarno yang sudah berhasil meraih simpati negara-negara yang baru merdeka (new emerging forces). Karenanya, kutipan-kutipan yang ditampilkannya pun yang cenderung menyudutkan Bung Karno, dan melukiskan sosok Bung Karno yang arogan. Sebagai contoh, dikutip kata-kata Bung Karno yang mengatakan, bahwa dialah penyambung lidah rakyat. Bahkan rakyat akan makan batu, kalau Sukarno yang menyuruh (“Don’t you know that I am an extension of the people’s tongue” and “The Indonesian people will eat stones if I tell them to.”) Sebuah kutipan yang sangat mendiskreditkan Bung Karno, dan bertolak belakang dari realita, bahwa Sukarno adalah presiden yang sangat dekat dengan rakyat, sangat dicintai rakyat, dan sejak muda mendedikasikan hidupnya bagi persatuan Indonesia, bagi kemerdekaan Indonesia. Saya sangat lekat dengan cover yang kedua itu, karena bersinggungan dengan pengalaman pribadi. Sebelum saya mengetahui latar belakang kejadiannya, saya telah mencetak foto cover majalah Time (yang tahun 1958) besar-besar dan saya jadikan cover notebook. Suatu hari, ketika saya berjumpa Moch. Achadi, Menteri Koperasi pada Kabinet Dwikora, saya ditegur, “Dik! Jangan pasang gambar itu. Itu adalah  cover majalah Time yang isinya menghujat dan mendiskreditkan Bung Karno.” Setelah itu, Achadi, pria sepuh yang masih energik berkat yoga itu, menceritakan panjang lebar ihwal dua cover majalah Time di atas. (roso daras) Sumber : http://rosodaras.wordpress.com/tag/sukarno-cover-time-1958/


9. Makam Imam Bukhori Uzbekistan
Makam Imam Bukhori Uzbekistan

SAAT itu. Jumat (25/11), tim ekspedisi tengah melintas Kota Samarkand, Uzbekistan, dalam perjalanan menuju Turkmenistan. Langit sudah gelap.

Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah yang berkunjung. .

Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad SAW. Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fas-tron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana, bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman. .

Kompleks serta-merta menjaditerang benderang kala perwakilan ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan berasal dari Indonesia dan ingin berziarah. .

Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau tersebut. .

Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang, berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu khidmat saat berada di sana. .

Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah pendek Alquran, Rahmatulloberkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. .

Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari. .

Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870. .

"Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur," lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent. .

Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya. .

"Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan," tutur Temur. .

Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan selamat sampai tujuan. (Nav/M-3) .

sumber : http://bataviase.co.id/node/911678

Orang Indonesia Diistimewakan Di makam Imam Bukhari Di Uzbekistan Berkat Soekarno

Kebesaran nama mantan presiden Indonesia pertama Ir Soekarno tak pernah lenyap dimakan jaman baik di negeri sendiri ataupun di luar negeri, terutama di daerah Eropa Timur. Di bekas negara pecahan Uni Soviet, yaitu negara Uzbekistan, nama Ir Soekarno sangat dihormati, jika orang Indonesia (muslim) datang berkunjung ke Uzbekistan sempatkan diri untuk mengunjungi Makam Imam Bukhari salah satu ahli hadits nabi muhammad SAW maka akan diberi keistimewaan, orang Indonesia akan diizinkan masuk ke bagian dasar bangunan yang merupakan tempat jasad Imam Bukhari disemayamkan.

Makam Imam Bukhari tertutup untuk umum, tetapi kalau ada orang indonesia datang pintu makam akan dibukakan dan persilahkan masuk, hal ini dikarenakan Ir Soekarno merupakan orang yang melakukan pemugaran dan merenovasi tempat itu, sehingga semua orang Indonesia diberi keistimewaan di tempat itu.

mau tahu tentang Imam Bukhari? di bawah merupakan Bioghrapy Imam Bukhari yang saya ambil dari Wikipedia :

Imam Bukhari

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M - Wafat 256 H/870 M) adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih dan Hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Beliau diberi nama Muhammad oleh ayah beliau, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama asli beliau ini adalah Imam Turmudzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadits dalam Sunan Turmudzi. Sedangkan kuniah beliau adalah Abu Abdullah. Karena lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; beliau dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya.

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, dimana dikedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok beliau kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

Penelitian Hadits

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.

Namun tidak semua hadits yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat di antaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadits itu tepercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim.

sumber : http://ruddiewok.blogspot.com/2011/11/orang-indonesia-diistimewakan-di-makam.html
Sumber : http://nyatanyatafakta.blogspot.com/2012/01/5-negara-yang-mengabadikan-nama.html

Selasa, 07 Februari 2012

Konfrensi Asia Afrika (KAA) di Bandung


Tidakkah kita, bangsa Indonesia, ikut pula hatinya berdebar-debar, kalau kita mendengar kabar tentang majunya usaha Ghasi Zaglul Pasha membela Mesir ? Tidakkah kita ikut berhangatan darah, kalau kita mendengar kabar tentang hebatnya pergerakan Mohandas Karamchand Gandhi atau Chita Ranjau Das membela India ?

Tidakkah kita berbesar hati pula, menjadi saksi atas hasilnya usaha Dr. Sun Yat Sen, “Mazzini Negeri Tiongkok” itu ?

Bahwasanya, kebahagiaan yang melimpahi Negeri-negeri Asia kita rasakan sebagai melimpahi diri kita sendiri; malangnya negeri-negeri itu adalah malangnya negeri kita pula. Wafatnya Zaglul Pasha, wafatnya C.R. Das, wafatnya Dr. Sun Yat Sen tak luputlah menjadikan pula hati kita berkabung dan merasakannya sebagai kehilangan pemimpin sendiri; dan kabar-kabar tentang mundurnya pergerakan di India atau kacaunya susunan kaum nasionalis Tiongkok tahun yang lalu tak luputlah pula memasgulkan hati kita semua...
Di dalam menentang imperialisme Inggris dan lain sebagainya itu, maka rakyat Mesir, rakyat India, rakyat Tiongkok, dan rakyat Indonesia adalah berhadapan dengan satu musuh; mereka adalah kawan senasib, kawan seusaha, kawan sebarisan, yang perjalanannya harus rapat satu sama lain, rapat menjadi satu umat Asia yang seiman dan senyawa. Jikalau bersama-sama umat Asia ini menjalankan serangannya terhadap benteng imperialisme yang kokoh dan kuat itu; jikalau bersama-sama pada suatu ketika semua rakyat Asia itu masing-masing dalam negerinya mengadakan perlawanan yang hebat sebagai gelombang taufan terhadap benteng-benteng imperialisme itu, maka tidak boleh tidak, benteng itu pastilah rubuh pula karenanya.

- Soekarno, 1928
Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru.
Penjajahan yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemerdekaannya, seperti : Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa penjajahan. Selain itu konflik antarkelompok masyarakat di dalam negeri pun masih berkecamuk akibat politik devide et impera.
Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis), semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut, sementara akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pemimpin pemerintah negara tersebut.
Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.

PERTEMUAN TUGU (Tugu, 9 – 22 Maret 1954)

Menteri Luar Negeri Indonesia Soenario, memimpin pertemuan para Kepala Perwakilan Indonesia se-Asia, Afrika, dan Pasifik
Sehubungan dengan diundangnya Indonesia oleh Perdana Menteri Ceylon, maka Pemerintah Indonesia mengadakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para kepala perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat.
Pertemuan ini diketuai oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario, membahas rumusan-rumusan yang akan menjadi bahan bagi Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam forum Konferensi Kolombo, sebagai dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika.
Rumusan hasil Pertemuan Tugu :

  1. menolak pembentukan dua blok di dunia : Blok Barat dan Blok Timur, serta menolak ikut serta dalam aktivitas dua kekuatan besar tersebut;
  2. mengusulkan untuk membentuk kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran dalam sebuah kerja sama yang didasari oleh kepentingan bersama untuk melawan kekuatan imperialis-kolonialis;
  3. mengusahakan terselenggaranya konferensi anti imperialis-kolonialis;
  4. meyakinkan peserta untuk memperhatikan sikap politik dunia dan kerja sama Asia Afrika;
  5. membawa kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan kebijakan bertetangga baik.


KONFERENSI KOLOMBO (Kolombo, 28 April – 2 Mei 1954)

Gedung Parliament Ceylon, tempat berlangsungnya Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo diselenggarakan atas inisiatif Perdana Menteri Ceylon (Sir John Kotelawala), dan dihadiri oleh Perdana Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), Perdana Menteri Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Perdana Menteri Pakistan (Mohammed Ali). Konferensi tersebut berlangsung di Kolombo.
Sir John Kotelawala pada pembukaan Konferensi Kolombo menyatakan bahwa tidak ada agenda formal yang disiapkan untuk konferensi ini, tetapi ada beberapa masalah penting dan cukup mendesak yang perlu dibicarakan. Masalah dimaksud diantaranya :

  1. konflik Indo-China yang mengancam keamanan dan perdamaian di Asia dan di seluruh dunia;
  2. agresi komunis internasional di Asia;
  3. persoalan kolonialisme di berbagai belahan dunia;
  4. perlombaan senjata yang mengancam penghancuran secara masal.

Suasana pada Konferensi Kolombo

Pada sidang yang ke-6, tanggal 30 April 1954, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo berkesempatan mengajukan usulan agar diselenggarakan : “Suatu konferensi yang sama hakikatnya dengan Konferensi Kolombo sekarang, tapi lebih luas jangkauannya dengan tidak hanya memasukkan Negara-negara Asia, tetapi juga Negara-negara Afrika lainnya”.
Reaksi pertama atas usul Indonesia ini sangat skeptis dan pesimis. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Indonesia untuk merealisasikannya. Hal ini terlihat dalam pernyataan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang berkata:“Saya akan merasa puas apabila Konferensi Kolombo dapat menyetujui bahwa Indonesia akan mensponsori sendiri Konferensi Asia Afrika demikian”
Ketetapan hati delegasi Indonesia ini membuahkan hasil dengan dicantumkannya keinginan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di bagian terakhir Komunike Konferensi Kolombo.

KONFERENSI BOGOR (Bogor, 28 – 19 Desember 1954)  
Istana Bogor, tempat pertemuan Lima Perdana Menteri Negar Sponsor Konferensi Asia Afrika
Pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke berbagai negara di Asia dan Afrika. Dari 14 negara yang dijajagi, 12 negara telah memberikan jawaban positif. Mereka setuju konferensi diselenggarakan di Indonesia dan dalam waktu secepatnya.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor. Konferensi Bogor membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang tujuan, waktu, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda, dan negara yang diundang dalam Konferensi Asia Afrika.

Suasana Konferensi Bogor
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pada Konferensi Asia Afrika. Ditetapkan pula Konferensi Asia Afrika akan berlangsung pada akhir minggu bulan April tahun 1955. Soekarno menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi tersebut.
KONFERENSI ASIA AFRIKA (Bandung, 18 – 24 April 1955)
Negara-negara Peserta Konperensi Asia-Afrika :

  1. Afghanistan
  2. Birma
  3. Kamboja
  4. Ceylon
  5. Republik Rakyat Tiongkok
  6. Mesir
  7. Ethiopia
  8. Pantai Emas
  9. India
  10. Indonesia
  11. Iran
  12. Irak
  13. Jepang
  14. Yordania
  15. Laos
  16. Libanon
  17. Liberia
  18. Libya
  19. Nepal
  20. Pakistan
  21. Filipina
  22. Arab Saudi
  23. Sudan
  24. Suriah
  25. Thailand
  26. Turki
  27. Vietnam (Utara)
  28. Vietnam (Selatan)
  29. Yaman

Langkah bersejarah delegasi Indonesia

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pemimpin Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.

Presiden Indonesia, Soekarno, menyampaikan pidato Pembukaan
Konferensi Asia Afrika, 18 April 1955
Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "Let a New Asia And a New Africa be Born" (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan :Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi.
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pemimpin konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Sekretaris Jenderal Konferensi Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Suasana Sidang Komite Politik di Gedung Dwiwarna

Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.

Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :

  1. Kerja sama ekonomi;
  2. Kerja sama kebudayaan;
  3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
  4. Masalah rakyat jajahan;
  5. Masalah-masalah lain;
  6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Dasasila Bandung:
  1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
  3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
  4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
  5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
  6. 1. Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. 2. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
  7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
  8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
  9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
  10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.


50 Tahun KAA, Perjalanan Menuju Gedung Merdeka
Tanpa terasa, 50 tahun sudah perhelatan akbar yang pernah dilaksanakan bangsa Indonesia, Konferensi Asia Afrika (KAA). Konferensi yang digagas oleh Presiden Soekarno ini dilaksanakan di Bandung pada 18-24 April 1955. Dalam konferensi ini, Soekarno berhasil menyatukan bangsa-bangsa di negara Asia dan Afrika, khususnya dalam perjuangan besar melawan imprealisme dan kolonialisme internasional.
-------------
PENDERITAAN rakyat yang telah dilihat Presiden Soekarno menyebabkan tidak ada toleransi lagi terhadap imprealisme. Tetapi akibat imprealisme ini pula kemudian lahir pemimpin-pemimpin gerakan kemerdekaan di Asia dan Afrika, yang kemudian diajak bersatu oleh Soekarno untuk berjuang melawan imprealisme dan kolonialisme internasional. Dari perhelatan akbar inilah lahir Desa Sila Bandung, yang bergema ke seluruh dunia dan kemudian menjadi dasar bagi Gerakan Nonblok.
Dalam konferensi ini, Soekarno berhasil mengumpulkan 29 negara yang berbeda sistem sosial dan sistem politiknya dan diajak mewujudkan adanya koeksistensi damai. Setelah dilaksanakan konferensi ini, bangsa-bangsa di lingkungan Asia dan Afrika bangkit melakukan gerakan kemerdekaan. Dalam kurun waktu 10 tahun saja (1955-1965), ada 41 negara di Asia yang berhasil memerdekakan diri, salah satunya Singapura. Kemudian antara 1966-1975, ada 24 negara yang merdeka, antara lain Bangladesh dan Papua Nuigini. Selanjutnya 1976-1985, ada 13 negara di Asia dan Afrika yang merdeka, antara lain Brunei Darussalam. Dan pada 1986, antara lain Afrika Selatan dan Palestina berhasil merdeka.

Peninggalan Kolonial
Gedung bersejarah tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA), sebenarnya merupakan gedung tua yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1895. Pada awalnya gedung ini diberi nama Socitet Concordia (SC), yang difungsikan sebagai tempat rekreasi bagi orang-orang Eropa di Bandung. Setiap akhir pekan atau hari libur, biasanya para pemilik perkebunan yang ada di pegunungan Jawa Barat, beramai-ramai "turun" ke Kota Bandung untuk mencari hiburan. Para preangerplanter yang memiliki perkebunan-perkebunan teh atau kina di Tartar Bandung inilah yang banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan gedung-gedung dengan berbagai gaya yang sedang trend di Eropa saat itu.
Gedung SC tua kemudian dipugar dan dibangunlah gaya klasik romantik, melibatkan arsitek Van Galen dan CP Wolff Schoemaker. Arsitek CP Wolff Schoemaker adalah Guru Besar di Technisce Hoogeschool (ITB), yang pernah memberi kuliah Seni Bangunan dan Sejarah Arsitektur pada Presiden Soekarno saat masih kuliah Technisce Hoogeschool Bandung. Di masa penjajahan Jepang, Gedung SC ini difungsikan sebagai gedung pusat kebudayaan yang diberi nama Dai Toa Kaikan. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini tetap dirawat dengan baik dan diberi nama Gedung Merdeka oleh Presiden Soekarno menjelang berlangsungnya KAA di Bandung pada 1955.
Kesuksesan KAA yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional menyebabkan jalan yang ada di depan Gedung Merdeka Bandung kemudian diganti menjadi Jl. Asia Afrika. Di zaman kolonial, jalan ini bernama Grote Postweg atau Jalan Pos, yang dibuat pada 1809 di masa pemerintahan Gubernur Jederal Herman Willm Daendels, mulai dari Anyer (Jawa Barat) sampai di Panarukan (Jawa Timur).

Museum KAA
Menjelang peringatan KAA ke-25, sebagian dari Gedung Merdeka digunakan sebagai Museum KAA. Pembuatan museum ini diprakrasai oleh Presiden Suharto. Pelaksanaan pembuatan museum ini diserahkan kepada Departemen Luar Negeri RI, saat dipimpin oleh Mochtar Kusumaatmaja. Sedangkan konsultan perencana museum ini dipercayakan kepada Decenta Grup. Museum KAA kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada peringatan KAA ke-25, 25 April 1980 di Bandung.
Museum KAA ini ditempatkan di sisi timur bagian depan Gedung Merdeka. Di dalam museum ini dapat disaksikan miniatur Ruang Konferensi yang diberi dinding kaca, karena tidak boleh dimasuki tanpa izin. Miniatur Ruang Konferensi ini didesain menyerupai suasana ruang konferensi pada saat KAA berlangsung, seperti ada meja dan kursi sidang, mimbar, kursi peserta, bendera 29 negara peserta dan kamera film yang pernah digunakan untuk meliput KAA.
Kecuali Ruang Konferensi yang berdinding kaca, sebagian besar Museum KAA didesain dengan pemajangan materi secara terbuka (landascape). Dengan desain seperti ini, pemajangan materi dan sirkulasi ruangnya terkesan mengalir, sehingga pengunjung bisa mengikuti display materi dengal alur proses dan aktivitas KAA, serta materi-materi penunjangnya. Setelah miniatur Ruang Konferesi, dapat dilihat materi proses terselenggaranya KAA, dimulai dari display Konferensi Colombo pada 28 April - 2 Mei 1954 untuk membahas perlu tidaknya KAA sebagai tindak lanjut Pertemuan Tugu pada Maret 1954 yang memunculkan gagasan penyelenggaraan KAA.
Setelah ada komunike bersama Perdana Menteri Indonesia, Birma, Ceylon (Srilanka), India dan Pakistan, bahwa KAA perlu dilaksanakan, maka dilakukan Konferensi Bogor pada 28-29 Desember 1954. Selanjutnya dapat disaksikan display peta dunia yang besar pada dinding ruang, yang memperlihatkan letak ke-29 negara peserta KAA dan ditunjang daftar nama-nama anggota delegasi.
Selain itu juga ada display persiapan KAA, kedatangan para delegasi, proses langkah-langkah bersejarah, pidato pembukaan KAA oleh Presiden Sukarno, suasana sidang dan teks berbunyi "Asia Afrika Bergema dari Bandung". KAA yang menghasilkan Dasa Sila Bandung (DSB), kemudian ke-10 butir uraian DSB tersebut dibuatkan displaynya pada dinding mamer hitam dengan teks berwarna emas. Monuman DSB juga dibuat di halaman Hotel Savoy Homan yang ada di dekat Gedung Merdeka, sebab di hotel inilah sebagian besar anggota delegasi KAA menginap.
Selain memperlihatkan suasana resmi di luar dan di dalam ruang sidang, terdapat juga pajangan foto-foto suasana nonformal dalam kegiatan KAA. Materi penunjang KAA yang dipajang pada museum, antara lain beberapa kliping berita koran maupun lembaran-lembaran koran, yang memuat dan berpartisipasi dalam KAA. Selain itu ada juga pajangan beberapa mesin ketik yang digunakan oleh panitia pelaksana KAA. Termasuk juga satu set kursi anyaman rotan yang sempat diduduki kepala negara peserta KAA. Di samping itu juga dipajang dokumentasi kegiatan pada saat berlangsung Peringatan KAA ke-25 pada 1980.

Monumen Arsitektur
Setelah digunakan sebagai tempat penyelenggaran KAA, Gedung Merdeka ini juga sempat digunakan sebagai Kantor Konstituante antara kurun 1957-1959. Saat itu di Jakarta tidak ada gedung-gedung besar untuk kegiatan parlemen. Konstituante kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presidet 5 Juli 1959, karena tidak berhasil melaksanakan tugasnya.
Setelah digunakan sebagai Kantor Konstituante, Gedung Merdeka kemudian sempat digunakan sebagai Kantor Majelis Permusyawaratan Sementara (MPRS) pada 1961. Dan pada 1965 digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika.
Meskipun Gedung Merdeka merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda, tetapi gedung ini menyimpan sejarah penting bagi bangsa Indonesia dan bangsa-banga di Asia Afrika. Karena itu, Gedung Merdeka patut dijaga kelestariannya. Keindahan gedung bergaya Klasik Romantik karya Van Galen dan CP Wolff Schoemaker ini juga layak didokumentasikan sebagai monumen arsitektur. Gedung ini merupakan salah satu gedung penting yang menjadi mata rantai sejarah arsitektur di Indonesia di samping merekam sejarah penting bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di Asia Afrika.
Sejak zaman kolonial Belanda, gedung ini memang sudah digunakan sebagai gedung pertemuan eksklusif, hingga di zaman kemerdekaan gedung ini juga masih digunakan sebagai gedung untuk kegiatan penting di Indonesia, bahkan untuk kegiatan bertaraf internasional. Inilah gedung yang memiliki sejarah panjang, dari Gedung Sositet Concordia sampai Gedung Merdeka.

Kamis, 12 Januari 2012

NASAKOM


NASAKOM

Tiga unsur pokok yang telah tertanam di bumi INDONESIA sejak dahulu kala. yakni Jiwa NASIONALIS, Jiwa AGAMIS dan Jiwa KOMUNIS. INDONESIA tidak akan pernah mampu berdiri tegak tanpa TIGA SERANGKAI tersebut. LIHATLAH sejarah yang sesungguhnya, ... dimana indonesia telah mengikrarkan PANCASILA sebagai DASAR NEGARA. dan pada waktu itu juga tidak lepas dari KESEPAKATAN mereka BERTIGA ..!!! LANTAS SIAPA YANG BILANG, BAHWA KOMUNIS ITU ANTI TUHAN ..?? TIDAAAKKK!!!! ... SAMA SEKALI TIDAKKK ..!!!! Karena Komunis JUSTRU mengajak kita untuk MENGENAL TUHAN SECARA NYATA ...!!! Sistem dengan persamaan Hak, Persamaan Keadilan dan Persamaan derajad di mata Hukum, Juga persamaan ekonomi sesuai dengan ajaran Rosul-NYA LIHATLAH SEJARAH YANG SESUNGGUHNYA ...!!! KARENA MENENTANG KOMUNIS SAMA HALNYA DENGAN MENENTANG PANCASILA

 

nasakom.co.cc

 




Jembatan Semanggi, Simbol Persatuan

 
Stigma buruk terhadap kebijakan pejabat, tidak hanya di era sekarang, tapi sudah ada sejak zaman dulu. Bung Karno tak luput dari cercaan sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan beberapa gagasan pembangunan sarana fisik. Pembangunan Tugu Monas, Hotel Indonesia, Sarinah, Semanggi, Stadion Senayan, Gedung Conefo (sekarang gedung DPR-MPR RI), dll, dianggap sebagai poyek mercu suar. Proyek yang menghambur-hamburkan uang negara.


Bukan Bung Karno kalau tidak berani menerjang badai. Ia –sebagai pemimpin– tak takut menabrak risiko. Sebagai Presiden, ia buka dada untuk semua suara protes. Tentu saja, semua kebijakan dan keputusan Bung Karno, saat ini kita cerna sebagai sebuah sejarah. Satu sejarah yang berikut adalah ihwal Jembatan Semanggi. 

Pembangunan jembatan Semanggi merupakan satu paket dengan pembangunan fasilitas lain menyambut perhelatan Asian Games tahun 1962. Beberapa banguna lain yang dibangun serentak antara lain Gelora Senayan (sekarang bernama Gelora Bung Karno), Hotel Indonesia, dan lain sebagainya. Jembatan itu sendiri dimulai pembangunannya tahun 1961. 

Ketika Presiden Sukarno telah mantap dengan idenya untuk membangun sebuah stadion olahraga megah di kawasan Senayan, Ir Sutami, yang ketika itu menjabat Menteri Pekerjaan Umum (PU), dalam sebuah rapat kabinet mengusulkan membangun jembatan guna mengatasi kemungkinan munculanya persoalan kemacetan lalu lintas.
Semanggi dipilih sebagai nama jembatan tersebut.


marsilea_mutica SEMANGGISemanggi sesungguhnya nama lokal (Jawa) tumbuhan marsilea mutica yang bisa dijadikan lalapan. Setiap tangkai daun semanggi terdiri atas empat helai daun berbentuk lonjong yang panjangnya mencapai dua cm dan lebar 1 cm. 

Dalam satu kesempatan, Bung Karno sendiri pernah mengemukakan filosofi daun semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan, dalam bahasa Jawa ia menyebut “suh” atau pengikat sapu lidi. Tanpa “suh” sebatang lidi akan mudah patah. Sebaliknya, gabungan lidi-lidi yang diikat dengan “suh” menjadi kokoh dan bermanfaat menjadi alat pembersih. 

Bung Karno sendiri, sejak perjuangan hingga menjadi pemimpin negeri, kepeduliannya sangat tinggi terhadap persatuan bangsa. Baginya, persatuan bangsa adalah sebuah harga mati.
Begitulah Bung Karno memfilosofikan jembatan semanggi yang berkonsep perempatan tanpa traffic light. Kini, Jembatan Semanggi telah menjadi sejarah, sekaligus saksi sejarah bagi banyak peristiwa penting negeri ini. (roso daras) 

Sumber : http://rosodaras.wordpress.com